Rabu, 17 April 2013

Tokoh wayang Favorit



Tokoh wayang favorit

  



Petruk adalah tokoh punakawan dalam pewayangan Jawa, di pihak keturunan/trah Witaradya. Petruk tidak disebutkan dalam kitab Mahabarata. Jadi jelas bahwa kehadirannya dalam dunia pewayangan merupakan gubahan asli Jawa. Di ranah Pasundan, Petruk lebih dikenal dengan nama Dawala atau Udel.

Masa lalu
Menurut pedalangan, ia adalah anak pendeta raksasa di pertapaan dan bertempat di dalam laut bernama Begawan Salantara. Sebelumnya ia bernama Bambang Pecruk Panyukilan. Ia gemar bersenda gurau, baik dengan ucapan maupun tingkah laku dan senang berkelahi. Ia seorang yang pilih tanding/sakti di tempat kediamannya dan daerah sekitarnya. Oleh karena itu ia ingin berkelana guna menguji kekuatan dan kesaktiannya.
Di tengah jalan ia bertemu dengan Bambang Sukodadi dari pertapaan Bluluktiba yang pergi dari padepokannya di atas bukit, untuk mencoba kekebalannya. Karena mempunyai maksud yang sama, maka terjadilah perang tanding. Mereka berkelahi sangat lama, saling menghantam, bergumul, tarik-menarik, tendang-menendang, injak-menginjak, hingga tubuhnya menjadi cacat dan berubah sama sekali dari wujud aslinya yang tampan. Perkelahian ini kemudian dipisahkan oleh Smarasanta (Semar) dan Bagong yang mengiringi Batara Ismaya. Mereka diberi petuah dan nasihat sehingga akhirnya keduanya menyerahkan diri dan berguru kepada Smara/Semar dan mengabdi kepada Sanghyang Ismaya. Demikianlah peristiwa tersebut diceritakan dalam lakon Batara Ismaya Krama.
Karena perubahan wujud tersebut masing-masing kemudian berganti nama. Bambang Pecruk Panyukilan menjadi Petruk, sedangkan Bambang Sukodadi menjadi Gareng.
Istri dan keturunan
Petruk mempuyai istri bernama Dewi Ambarwati, putri Prabu Ambarsraya, raja Negara Pandansurat yang didapatnya melalui perang tanding. Para pelamarnya antara lain: Kalagumarang dan Prabu Kalawahana raja raksasa di Guwaseluman. Petruk harus menghadapi mereka dengan perang tanding dan akhirnya ia dapat mengalahkan mereka dan keluar sebagai pemenang. Dewi Ambarwati kemudian diboyong ke Girisarangan dan Resi Pariknan yang memangku perkawinannya. Dalam perkawinan ini mereka mempunyai anak lelaki dan diberi nama Lengkungkusuma.
Petruk dalam lakon pewayangan
Oleh karena Petruk merupakan tokoh pelawak/dagelan (Jawa), kemudian oleh seorang dalang digubah suatu lakon khusus yang penuh dengan lelucon-lelucon dan kemudian diikuti dalang-dalang lainnya, sehingga terdapat banyak sekali lakon-lakon yang menceritakan kisah-kisah Petruk yang menggelikan, contohnya lakon Pétruk Ilang Pethèlé ("Petruk kehilangan kapaknya").
Hubungan dengan punakawan lainnya
Petruk dan panakawan yang lain (Semar, Gareng dan Bagong) selalu hidup di dalam suasana kerukunan sebagai satu keluarga. Bila tidak ada kepentingan yang istimewa, mereka tidak pernah berpisah satu sama lain. Mengenai Punakawan, punakawan berarti ”kawan yang menyaksikan” atau pengiring. Saksi dianggap sah, apabila terdiri dari dua orang, yang terbaik apabila saksi tersebut terdiri dari orang-orang yang bukan sekeluarga. Sebagai saksi seseorang harus dekat dan mengetahui sesuatu yang harus disaksikannya. Di dalam pedalangan, saksi atau punakawan itu memang hanya terdiri dari dua orang, yaitu Semar dan Bagong bagi trah Witaradya.
Sebelum Sanghyang Ismaya menjelma dalam diri cucunya yang bernama Smarasanta (Semar), kecuali Semar dengan Bagong yang tercipta dari bayangannya, mereka kemudian mendapatkan Gareng/Bambang Sukodadi dan Petruk/Bambang Panyukilan. Setelah Batara Ismaya menjelma kepada Janggan Smarasanta (menjadi Semar), maka Gareng dan Petruk tetap menggabungkan diri kepada Semar dan Bagong. Disinilah saat mulai adanya punakawan yang terdiri dari empat orang dan kemudian mendapat sebutan dengan nana ”parepat/prapat”.

Komik dan Film
Pada tahun 1960an, di Indonesia pernah diterbitkan dagelan versi komik dari tokoh punakawan ini. Komik tersebut berjudul Petruk dan Gareng. Sebenarnya bukan hanya satu komikus yang pernah membuat komik ini, namun Indri Soedono adalah komikus yang disebut mengawalinya. Indri Soedono adalah komikus yang paling produktif membuat komik Petruk dan Gareng ini di tahun 1960an hingga tahun 1970an, karya-karyanya banyak diterbitkan oleh CV Loka Tjipta Semarang. Komikus lain yang mengikutinya adalah Oerip, Rini AS, Leo, Sopoiki, Tjepi, Ricky NS, dan Tatang S.
Diantara para komikus yang pernah menggarap Petruk dan Gareng, Tatang S adalah salah satu komikus yang paling tenar sebagai membuat komik Petruk dan Gareng karena dia yang masih tetap bertahan membuat komik ini meski pada tahun 1980an dunia perkomikan di Indonesia mulai meredup. Dia membuat komik Petruk dan Gareng dengan format sederhana dan mendistribusikan langsung ke sekolah-sekolah dasar melalui penjual mainan anak-anak. Komik dengan format sederhana tersebut kebanyakan diterbitkan Gultom Agency.
Komik Petruk dan Gareng yang pernah digarap oleh para komikus Indonesia ini berbeda dengan kisah pewayangan aslinya, setting dari komik ini lebih modern. Mulai masyarakat perkotaan hingga masyarakat pedesaan, lengkap dengan atribut-atribut masa kini yaitu sepeda motor dan mobil.
Kemudian pada tahun 2011, pertama kali dagelan Petruk dan Gareng versi komik ini dibuat filmnya. Film tersebut berjudul Gareng dan Petruk dalam kisah Super - Horror the Movie. Film berdurasi 27 menit ini diputar pertama kali di Bioskop 21 Dieng Plasa Kota Malang. Film komedi ini dibuat oleh Padepokan Film Malang, salah satu komunitas film di Kota Malang bekerjasama dengan Radio MFM dan Indosat.



Kebijakan untuk memenangkan globalisasi



Kebijakan untuk memenangkan globalisasi
        kebijakan yang akan saya lakukan untuk memenangkan globalisasi adalah mempermudah akses komunikasi salah satunya yaitu internet, agar masyarakat Indonesia bisa belajar dengan  perkembangan dan kemajuan di dunia. Saling share pengetahuan dengan warga negara asing. Dengan maksud masyarakat Indonesia bisa lebih cerdas. Namun disamping itu saya akan mempermudah pengaksesan komunikasi melalui internet. Serta memperhatikan pendidikan bagi masyarakat yang awam terhadap komunikasi berbasis teknologi seperti internet.
            Dengan itu masyarakat akan lebih mengenal teknologi secara merata sampai ke daerah terpencil. Karena sampai pada saat ini, akses komunikasi untuk internet masih sulit didapat pada daerah terpencil. Jika masyarakat Indonesia tersebar merata pengetahuannya, maka semakin mudah untuk masalah komunikasi (sharing) . Sharing disini bisa juga membahas mengenai bagaimana perkembangan serta planning untuk kelangsungan negara Indonesia.
Globalisasi memang sangat berpengaruh sekali dampaknya yang kita rasakan sekarang, mulai dari segala sector sudah terkontaminasi dari negara-negara luar, untuk itu bagaimanakah seharusnya kita sebagai generasi muda menyikapi hal mengenai dampak globalisasi dan langkah apa yang seharusnya kita ambil untuk menghindari dampak Globalisasi ini dan memenangkan globalisasi.
 Tentu saja yang sudah seharusnya pertama kali membantu adalah Pemerintah sendiri membantu rakyatnya untuk bebas dari dampak globalisasi ini memang sangat sulit dan tidaklah mudah tetapi, bagaimana pun kita harus bersaing dengan negara luar antara lain dari sector perekonomian pemerintah harus lebih memperhatikan rakyat dengan membuka lapangan pekerjaan dan mempermudah akses rakyat untuk membuka usahanya, dengan semakin banyak nya para pengusaha di Indonesia yang berkonstribusi dalam menghasilkan dan meningkatkan berbagai macam produk tentu saja hal ini memungkinkan untuk kita tidak bergantung dengan produk-produk luar dan lebih memilih produk hasil dalam negeri dan membatasi penjualan produk luar negeri yang akan  masuk ke negara Indonesia.
Dan tentu saja selain pemerintah yang membantu kita sebagai generasi muda dan warga negara Indonesia yang baik sudah seharusnya berusaha untuk memenangkan globalisasi ini dengan cara turut memajukan pendidikan di Indonesia dan menghasilkan para pemuda yang berkualitas yang nanti nya dapat memajukan negara kita, memakai barang-barang hasil dalam negeri, meningkatkan kecintaan kita akan bahasa Indonesia, mencintai budaya negara sendiri dan berusaha untuk menanamkan nilai-nilai pancasila, hal inilah yang menurut saya yang dapat membuat kita memenangkan Globalisasi perlahan-lahan.


Jumat, 12 April 2013

perdukunan versus globalisasi



Perdukunan vs globalisasi
Perdukunan adalah istilah penghinaan yang digunakan untuk menggambarkan praktik non medis ujungnya penipuan. Perdukunan merupakan kepura-puraan keterampilan non medis atau orang yang berpura-pura sebagai seorang ahli profesional, memiliki pengetahuan atau kualifikasi pada beberapa bidang keahlian, padahal dia tidak memiliki dan merupakan Seorang penipu. Kecenderungan manusia adalah tidak merasa nyaman berada dalam keadaan bingung terlalu lama.  Terutama jika menyangkut kebingungan untuk memutuskan sesuatu yang menyangkut masa depannya dan dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit.  Untuk mendapatkan kepastian yang bisa dipakai dasar untuk memutuskan kadang menempuh jalan singkat melampaui batas penalaran sehat.
Ketidak-pastian masa depan itu disebabkan oleh banyak hal.  System yang ada di lingkup sosial tidak memberinya jalan keluar.  Usaha riil dianggapnya telah buntu karena terbatasnya sumber pendukung yang diperlukan. Misalnya keadaan finansial yang terbatas, tidak didapatkannya dukungan moral dari orang terdekat, keterbatasan kemampuan diri yang tak mungkin diubah secara cepat, cara pikir yang kurang matang, pengetahuan yang minim, pengalaman hidup yang kurang luas dan sebagainya. Kita tidak bisa begitu saja menyalahkan orang-orang yang terjebak pada fenomena perdukunan. Batas antara rasionil dan irasionil begitu kabur bagi orang-orang yang terdesak keadaan. Wajarlah kalau mereka akhirnya terperosok dalam daerah remang-remang tersebut.
Orang yang melakukan perdukunan biasanya tidak sendiri, mereka biasanya terdiri dari beberapa orang merupakan satu TIM yang modus operasinya adalah penipuan. Untuk mencari mangsa ada orang-orang yang bertindak sebagai orang yang mempromosikan bidang keahlian si dukun itu, padahal promosinya omong kosong dan penipu. Jika ada mangsa yang sudah masuk perangkap maka mulai diadakan perjanjian untuk pergi ke rumah sang Dukun. Dengan trik perdukunan si Mbah Dukun bisa menebak isi hati dan kemauan pasien, inilah salah satu penipuan yang bisa menjatuhkan martabat Dukun yang asli.
Pada mulanya Dukun adalah orang-orang penolong tanpa pamrih. Dengan adanya Penipu yang menyamar sebagai Dukun ini maka dikenalah istilah Perdukunan yang nilainya negatif di masyarakat luas yaitu diasosiakan sebagai Seorang penipu.
Untuk menipu mangsanya biasanya menawarkan zimat maupun benda-benda bertuah yang harganya mahal, padahal ini merupakan tata cara penipuan yang halus jalannya. Ada juga penipu yang menyamar sebagai orang yang taat beragama dan dengan TIM-nya itu sebenarnya merupakan Penipu-penipu yang menyamar sebagai orang-orang taat beragama, ini juga sebenarnya Perdukunan yang berada pada jalur agama. Cara menipunya dengan minyak wangi yang harganya jutaan rupiah dan bahkan ada yang sampai ada minyak wangi yang harganya sampai diatas sepuluh juta rupiah padahal isinya cuman sedikit dengan botol khusus ukurannya kecil.
Sementara di Indonesia fenomena klinik dan supernatural malah menemukan ladang subur.  Tidak ada organisasi yang secara langsung berusaha mengajarkan masyarakat untuk berpikir dengan menggunakan rasio. Cara berpikiran rasionil diserahkan pada institusi resmi pemerintah lewat lembaga pendidikan. Padahal lembaga pendidikan hanya bersifat rasional keilmuan dan tidak sepenuhnya memberi bekal cara pikir rasionil dalam menghadapi fenomena hidup keseharian.
Di era reformasi dan Globalisasi dunia politik dan pemilihan umum mengikut sertakan       dukun di dalamnya. Meski perkembangan ilmu pengetahuan begitu pesat, bagi pencari untung tetap saja ke para dukun untuk sekadar membangun rasa percaya diri sebelum pelaksanaan pemilu. Boleh saja tingkat elektabilitas calon dan partai rendah dari berbagai hasil survei. Namun ucapan dan nasihat sang dukun seperti nubuat tertanam dalam alam sadar sang pasien.

Politikus dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Permadi mengakui hal itu. Bahkan, Permadi menuturkan perdukunan politik di Indonesia sudah menjamur hingga semua level politik. "Mulai dari pemilihan lurah sampai presiden selalu ada calon menemui dukun atau orang dianggap memiliki kekuatan spiritual," katanya ketika dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya Kamis pekan lalu.
Permadi menilai pertemuan dunia politik dan perdukunan terkait budaya dan cara menghormati alam. Namun bagi Permadi, konsultasi calon ke dukun sudah dianggap lumrah. Meski begitu, kepercayaan dan konsultasi kepada dukun untuk menaikkan tingkat elektabilitas adalah pilihan masing-masing. Dia menjelaskan kadang ada orang-orang tertentu sengaja sok tidak percaya dengan perilaku itu. "Kadang kita munafik dengan perilaku itu dan pura-pura tidak tahu," ujar Permadi.
Dia menekankan hampir semua pemimpin Indonesia percaya dengan orang-orang pintar bisa membantu mereka. Dia mencontohkan mendiang Presiden Soekarno dan Soeharto terkenal kuat bertapa atau menyendiri di tempat sunyi, kemudian bertemu orang-orang di pelbagai pelosok negeri memiliki kesaktian.
Presiden Gus Dur selalu mengutip memiliki guru spiritual tidak pernah disebut namanya saat menjabat atau paling banter menyebut para kiai langitan. Bahkan, menurut Permadi, Presiden Habibie dikenal begitu rasional juga sama. "Apa berani Habibie membangun gedung tanpa kepala kerbau?" tutur Permadi.
Konsultasi ke dukun untuk menang pemilu, menurut pengamat politik Ray Rangkuti, adalah perilaku menggelikan. Bagi Ray, fasilitas ilmu pengetahuan untuk mengukur tingkat keterpilihan di masyarakat bisa menggunakan survei atau yang lainnya. "Mungkin orang masih percaya dukun untuk menang pemilu karena pengalaman masa lalunya dan kurang percaya diri," kata Ray saat dihubungi secara terpisah Jumat pekan lalu.
Ray menyayangkan masih ada politisi masih mempercayai dukun untuk mengambil hati rakyat dan memenangkan pemilu. Dia menyarankan sebaiknya mereka menggaet pemilih dengan visi dan misi bagus. "Kalau masih ada yang menggunakan dukun, kita tidak perlu pakai demokrasi."

Praktik Perdukunan jaman sekarang
Kemajuan peradaban manusia, seringkali diukur dengan kemajuan teknologi dan semakin lepasnya masyarakat dari praktik-praktik berbau tahayul. Namun begitu, di zaman sekarang ini praktik perdukunan justru marak bak cendawan di musim penghujan.
Penting diketahui, sebenarnya praktik perdukunan bukanlah khas masyarakat tribal (kesukuan) dan tradisional yang melambangkan keterbelakangan. Bangsa maju dan modern di Eropa dan Amerika yang mengagungkan rasionalitas juga punya sejarah perdukunan, berwujud santet (witchcraft).
Di Indonesia, praktik perdukunan memiliki akar kuat dalam sejarah bangsa, bahkan dukun dan politik merupakan gejala sosial yang lazim. Kontestasi politik untuk merebut kekuasaan pada zaman kerajaan di Indonesia pramodern selalu ditopang kekuatan magis.
Semuanya ini memberikan gambaran yang nyata, bahwa perdukunan memang sudah dikenal lama oleh masyarakat kita. Dan ilmu ini pun turun-menurun saling diwarisi oleh anak-anak bangsa, hingga saat ini para dukun masih mendapatkan tempat bukan saja di sisi masyarakat tradisional, tetapi juga di tengah lingkungan modern.
           
alhasil kini mereka yang pergi ke dukun kemudian percaya pada kekuatan magis dan menjalankan praktik perdukunan tak mengenal status sosial: kelas bawah, menengah bahkan atas. Sensasi para dukun itu mampu melampaui semua tingkat pendidikan. Banyak di antara mereka yang datang ke dukun merupakan representasi orang-orang terpelajar yang berpikiran rasional.
Sebenarnya, dukun atau paranormal tidak ada bedanya, karena itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah  mengemukakan, bahwa paranormal adalah nama lain dari dukun dan ahli nujum (Fathul Majid, hal. 338). Maka, dukun atau paranormal adalah dua nama yang saling terkait, kadang salah satunya menjadi penanda bagi yang lainnya.
Belakangan, di tanah air kita, fenomena perdukunan dan ramalan semakin menggeliat seiring dengan suasana yang kondusif bagi para pelakunya untuk tampil berani tanpa ada beban. Berapa banyak iklan-iklan yang menawarkan jasa meramal cukup via SMS, yang dalam istilah mereka bermakna Supranatural Messages Service. Atau juga, praktik pengobatan alternatif yang sudah menjadi suguhan iklan harian di koran-koran dan tabloid.