Senin, 31 Maret 2014

PEMAKAIAN METODE ILMIAH UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN – PERTANYAAN ILMIAH



Pemakaian metode ilmiah dalam menjawab suatu pertanyaan. Dalam menjawab pertanyaan ilmiah harus di wajibkan kita mengetahui apa itu arti dari metode ilmiahnya sendiri setelah kita tahu apa itu metode ilmiahnya barulah kita bisa mengetahui metode-metode atau langkah-langkah yang di lakukan dalam menjawab dari pertanyaan metode ilmiah tersebut. Metode ilmiah ini secara singkat berarti membuat hipotesa, menguji hipotesa dengan mengumpulkan data untuk membuktikan/ menolak suatu teori, dan mengadakan eksperimen untuk menguji hipotesa tersebut.
Pengertian metode ilmiah
Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:
  1. Karakterisasi (pengamatan dan pengukuran)
  2. Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran)
  3. Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)
  4. Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)
langkah-langkah metode ilmiah
1.      Merumuskan masalah.
2.      Merumuskan hipotesis.
3.      Mengumpulkan data.
4.      Menguji hipotesis.
5.      Merumuskan kesimpulan.

Tujuan metode ilmiah adalah untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional dan teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Selain itu metode ilmiah bertujuan untuk
a.      Mengorganisasikan suatu fakta.
b.      Dapat mengaitkan fakta-fakta yang menjadi kajian.
c.       Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.


Fungsi-Fungsi Metode Ilmiah antara lain :
·         Membantu pemecahan masalah dengan penalaran dan pembuktian yang memuaskan.
·         Menguji ulang hasil penelitian orang lain sehingga diperoleh kebenaran yang objektif.
·         Memecahkan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang masih blum ditemukan jawabannya

Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan.
Kriteria-kriterian Pertanyaan Ilmiah yang baik antara lain :
1) Tersedia data atau informasi untuk menjawabnya,
2) Data atau informasi tersebut diperoleh melalui metode ilmiah, seperti wawancara, observasi, kuesioner, dokumentasi, partisipasi, dan evaluasi/tes,
3) Memenuhi persyaratan orisinalitas, diketahui melalui pemetaan penelitian terdahulu (state of the arts),
4) Memberikan sumbangan teoretik yang berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
5) Menyangkut isu kontroversial dan unik yang sedang hangat terjadi,
6) Masalah tersebut memerlukan jawaban serta pemecahan segera, tetapi jawabannya belum diketahui masyarakat luas, dan
7) Masalah itu diajukan dalam batas minat (bidang studi) dan kemampuan peneliti.

Dalam kegiatan ilmiah, ada empat macam pertanyaan yang perlu dikembangkan, yaitu:
a)      Pertanyaan untuk mengungkap fakta
b)      Pertanyaaan tentang prosedur
c)      Pertanyaan tentang penggunaan alat dan bahan
d)      Pertanyaan untuk merancang suatu kegiatan
Simpulan : Metode ilmiah adalah suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah dan menjawab pertanyaan-pertanyaan ilmiah melalui suatu analisis, pengkajian dan penelitian terhadap suatu permasalahan tersebut dengan berdasarkan data-data dan bukti-bukti yang nyata dan akurat.
contoh pertanyaan ilmiah :
Kenapa mahasiswa lebih senang menonton film di biodkop dibandingan dengan membaca buku diperpustakaan?
pertanyaan ilmiah tersebut dapat dijawab dengan menggunakan metode ilmiah berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti yang ada dilapangan sehingga bisa menghasilkan suatu pernyataan yang bisa menjawabnya.
Daftar pustaka:

KONSEP PENALARAN ILMIAH DALAM KAITANNYA DENGAN PENULISAN ILMIAH



PENALARAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH
Dalam suatu penalaran harus didasari oleh logika dalam membuat suatu karya ilmiah yang sesuai dengan fakta dan bukti yang otentik sehingga dihasilkan suatu data yang dapat di pertanggung jawabkan sehingga dapat mendapat kesimpulan yang akurat dalam karya ilmiah yang akan dihasilkan.

Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Penalaran itu akan terlihat dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri.Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek yaitu:
a. Aspek keterkaitan
adalah hubungan antarbagian yang satu dengan yang lain dalam suatu karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah ,rumusan masalah,tujuan dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan bagian landasan teori, harus berkaitan dengan pembahasan dan harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
b. Aspek urutan
Aspek urutan adalah pola urutan yang harus didahulukan/ditampilkan kemudian dari umum ke khusus. Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu.Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan dipaparkan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah
c. Aspek argumentasi
Sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat/temuan-temuan dalam analisis harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
d. Aspek teknik penyusunan
Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan secara konsisten, dan teknik ini bersifat baku dan universal.
e. Aspek bahasa
Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk karangan ilmiah akademis. Beberapa ciri bahasa ilmiah: kalimat pasif, sebisa mungkin menghindari kata ganti diri (saya, kami, kita), susunan kalimat efektif/hindari kalimat-kalimat dengan klausa-klausa yang panjang.


syarat-syarat kebenaran dalam penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
• Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
• Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan-aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.


Penalaran Ilmiah
Ciri penalaran sebagai kegiatan berpikir adalah logika, kegiatan berpikir dengan pola tertentu dan analitik. Kemampuan penalaran merupakan kelebihan yang dimiliki manusia dibandingkan dengan binatang, padahal keduanya sama mempunyai otak. Dalam rangka bertahan hidup, apabila terjadi sebuah kegagalan maka akan mencari solusi untuk berhasil. Bahkan setelah menemukan solusi, mereka biasanya memiliki keinginan untuk melakukan inovasi agar mendapat hasil yang lebih baik. Penalarn ini biasa disebut penalaran ilmiah yang digunakan untuk meningkatkan mutu ilmu dan / atau teknologi. Dalam rangka meningkatkan mutu, dibutuhkan beberapa saran, yakni :
  1. Bahasa ilmiah, yaitu kalimat berita yang merupakan suatu pernyataan atau pendapat-pendapat.
  2. Bahasa logika dan matematika, dua pengetahuan ini saling berhubungan erat, keduanya sebagai sarana berpikir deduktif. Baik logika maupun matematika lebih mementingkan bentuk logis setiap pertanyaan dan mempunyai sifat yang jelas.
  3. Logika dan statistika, kedua hal ini mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif untuk konsep yang berlaku umum.
Penulisan Ilmiah
Penulisan ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu masalah. Penulisan ilmiah juga merupakan uraian atau laporan tentang kegiatan, temuan atau informasi yang berasal dari data primer dan / atau sekunder, serta disajikan untuk tujuan dan sasaran tertentu. Hasil penulisan ilmiah adalah karya ilmiah, bentuknya dapat berupa buku, artikel, skripsi, tesis, desertasi, atau laporan ilmiah.


Ciri-ciri penulisan ilmiah
Ciri-ciri dari penulisan ilmiah antara lain adalah:
1) Isi mencerminkan hakikat ilmu pengetahuan atau objek ilmu tertentu.
2) Mengandung teori atau kerangka berpikir.
3) Terdapat metode analisis (cara mencari dan menemukan kebenaran).
4) Mengandung penalaran.

Tipe-tipe Tulisan Ilmiah
Menurut Jonathan Sarwono, (2010 : 11), pada umumnya, tulisan ilmiah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tu;lisan ilmiah populer dan tulisan ilmiah murni.
1) Ciri-ciri dan karakteristik tulisan ilmiah populer, antara lain:
(a) Adanya pesan yang dipergunakan untuk menarik perhatian pembaca, yang dapat juga dikatakan persuasif. Hal ini disebabkan karena pada umumnya pembaca yang ditargetkan ialah umum atau bukan spesialis di bidang ahli mengenai topik bahasan yang ditulis.
(b) Isi tulisan diusahakan untuk memikat pembaca agar yang bersangkutan tetap terus membaca tulisan tersebut sampai selesai.
(c) Penulisan melakukan kontekstualisasi data hasil riset ke dalam tulisan tersebut sehingga data dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca umum.
(d) Bahasa yang dipergunakan bersifat umum dan tidak menggunakan terminologi khusus yang hanya dipahami oleh ilmuwan atau kelompok tertentu.
(e) Biasanya struktur kalimat yang dipergunakan ialah kalimat aktif.
(f) Gaya penulisan tidak baku.
(g) Umumnya, informasi dipaparkan dalam bentuk narasi.
(h) Uraian dipaparkan ke dalam bentuk umum yang dapat menarik, baik aspek intelektual pembaca maupun menyentuh emosi pembaca yang bersangkutan.
(i) Secara implisit, kadang mengandung pesan tertentu berupa keinginan penulis agar pembaca melakukan tindakan tertentu.
2) Ciri-ciri dan karakteristik tulisan ilmiah murni, antara lain:
(a) Penulis berusaha memaparkan data apa adanya secara objektif.
(b) Temuan kajian ditulis dalam bentuk sistematis, terstruktur, dan baku.
(c) Penulis banyak menggunakan bahasa dan terminologi khusus atau disebut “jargon ilmiah”
yang hanya dapat dipahami oleh ilmuwan yang sama bidang ilmunya dengan pokok bahasan yang ditulis.
(d) Umumnya, menggunakan struktur kalimat pasif.
(e) Gaya penulisan yang dipakai bersifat baku.
(f) Tulisan digunakan untuk mendapatkan informasi dalam bentuk khusus yang hanya digunakan untuk menarik kemampuan intelektual pembaca.
(g) Tulisan bersifat bebas dari opini penulis.
(h) Terdapat jarak antara penulis dengan hal-hal yang dikaj
Konsep penalaran ilmiah dalam kaitannya dengan penulisan ilmiah
Dalam penulisan ilmiah terdapat beberapa proses, diantaranya adalah pengamatan, peninjauan atau penelitian, disusun menurut metode tertentu. Sebuah hasil penulisan ilmiah harus memenuhi tiga syarat:
  1. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah.
  2. Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah.
  3. Sosok tampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.
Untuk itu diperlukan suatu kemampuan penalaran yang logis dan mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau sentimen kelompok.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian penting dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama sekali tidak dapat ditinggalkan.
Metode berpikir keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:
1. Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
2. Dukungan fakta empirik
3. Analisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.


Minggu, 23 Maret 2014

Teori yang berhubungan dengan materi penalaran



PENALARAN
         Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi.

Kesalahan penalaran
Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.


Macam-macam penalaran.



Penalaran Induktif
yaitu adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.

Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Induktif:
Di dalam penalaran induktif terdapat tiga bentuk penalaran induktif, yaitu generalisasi, analogi dan hubungan kausal.


  1. Generalisasi, yaitu proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa.
    Contoh generalisasi:

    Jika ada udara, manusia akan hidup.

    Jika ada udara, hewan akan hidup.

    Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
    Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup. 
  2. Analogi (Analogi Induktif), yaitu proses penalaran untuk menarik suatu kesimpulan/inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial yang bersamaan.
    Contoh
    analogi:
    Para atlet memiliki latihan fisik yang keras guna membentuk otot-otot yang kuat dan lentur. Demikian juga dengan tentara, mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi masyarakat. Keduanya juga membutuhkan mental yang teguh untuk bertanding ataupun melawan musuh-musuh di lapangan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan tentara harus memiliki fisik dan mental yang kuat.
  3. Hubungan Kausal
    Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
    Macam hubungan kausal :
    • Sebab- akibat.
      Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir
    • Akibat - sebab
      Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
    • Akibat - akibat
      Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah. 
Ada 2 keuntungan dengan penalaran induktif, yaitu:
  1. Pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis 
  2. Dari pernyataan yang bersifat umum dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif.

Penalaran Deduktif,
Penalaran deduktif yaitu adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan.
Contoh klasik dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh Aristoteles, ialah :
  • Semua manusia fana (pasti akan mati). (premis mayor) 
  • Sokrates adalah manusia. (premis minor) 
  • Sokrates pasti (akan) mati. (kesimpulan)


Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Deduktif:
Di dalam penalaran deduktif terdapat entimen macam silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif dan silogisme entimen.

(1)Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
 
Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus remis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA


(2)Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.
(3) Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

(4) Silogisme Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh: 
  • Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu. 
  • Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya. namun silogisme kategorial dapat dibedakan menjadi dua saja, yaitu silogisme kategorial dan silogisme tersusun.
    Dimana silogisme tersusun terbagi lagi menjadi tiga kategorial yaitu:
  1. Epikherema : Epikherema adalah jabaran dari silogisme kategorial yang diperluas dengan jalan memperluas salah satu premisnya atau keduanya. Cara yang biasa digunakan adalah dengan menambahkan keterangan sebab: penjelasan sebab terjadinya, keterangan waktu, maupun poembuktian keberadaannya.
    Contoh:
    Semua pahlawan bersifat mulia sebab mereka selalu memperjuangkan hak miliki bersama dengan menomorduakan kepentingan pribadinya. Sultan Mahmud Badaruddin adalah pahlawan. Jadi, Sultan Mahmud Badaruddin itu mulia.
  2. Entimem : Silogisme tipe ini sangat cocok untuk bentuk-bentuk tulisan atau pembicaraan yang bernuansa persuasif.
  3. Sorites : Silogisme tipe ini didukung oleh lebih dari tiga premis, bergantung pada topik yang dikemukakan serta arah pembahasan yang dihubung-hubungkan demikian rupa sehingga predikat premis pertama menjadi subyek premis kedua, predikat premis kedua menjadi subyek pada premis ketiga, predikat premis kedua menjadi subyek pada premis keempat, dan  seterusnya, hingga akhirnya sampailah pada kesimpulan yang diambil dari subyek premis pertama dan predikat premis terakhir.
    Silogisme ini merupakan jenis silogisme yang sama dengan pada penjelasan di atas.




    Daftar Pustaka :
    Arifin, Zaenal E., Tasai, Amran S. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : Akademika Pressindo.